Tau Sakkulu'
Ada dua orang ibu-ibu asal Makassar datang Ke Jakarta. Waktu itu Transportasi Trans Jakarta/busway lagi hot-hotnya banyak orang yang ingin mencoba layanan transportasi yang baru tersebut termasuk kedua ibu ini. Setelah mengikuti antrian yang melelahkan maka tibalah kesempatan mereka untuk menjajaki gimana rasanya naik bus way dengan cekatan kedua ibu itu mencari tempat duduk yang masih kosong. Dan ternyata mereka cukup beruntung mendapatkan tempat duduk.
Karena penumpang yang cukup banyak maka sebagian penumpang berdiri bergelantungan dan tepat di depan kedua ibu ini, berdiri seorang bapak-bapak dengan potongan gaya yang sederhana malah bisa dibilang kumal seperti potongan tukang yang tidak mandi beberapa hari. Sehingga membuat kedua ibu ini risih oleh bau badan dan penampilannya maka kedua ibu inipun mengomentarinya sembari mengomel:
Ibu 1: dededeh ....... a' rasana mamo anne bapak ka dallekang....
Ibu 2: Iyo, sakkulu'na mamo ... bara tena na je'ne lima ngallo
Ibu 1: Nampa gayana poeng, kamma mami pajama batu, na pajama batua lagi tena nasakkulu kamma, tapi
anne, .......... adedede........ kamma mami tarasi bari....
Ibu 2: Tojengi bu ki kanayya, sakkuluna tojeng.....
Selang beberapa lama kemudian bapak tersebut turun di terminal Bus way berikutnya. Ketika hendak turun ia permisi kepada kedua ibu itu: " Tabe' bu dii' "
Spontan ke dua Ibu itu Kaget dan serempak berkata : " Tau Mangkasara tongki Pak? "
Bapak tersebut menjawab: " Iye, teai ..... Tau Sakkulu' Ja Katte " sambil senyum kecut dan berlalu.
Jumat, 02 November 2012
Kamis, 04 Oktober 2012
Gus Dur Doi Besar
“Saya diundang ceramah untuk acara halal bi halal di sebuah universitas terkenal di Jakarta,” Gus Dur mulai bercerita.
“Saya datang ke lokasi terlambat, karena macet,” lanjut Gus Dur.
“Pas saya datang, sang rektor universitas sedang sambutan. Di tengah sambutan, sang rektor memberi ucapan selamat datang pada saya.”
“Hadirin, Bapak-bapak, Ibu-ibu, Mahasiswa-mahasiswi, dan para tamu undangan semuanya, mari kita sambut kedatangan KH Abdurhman Wahid atau Gus Dur, Sang Doi Besar dari Nahdlatul Ulama, dengan berdiri,” cerita Gus Dur menirukan sang rektor.
Ketika sang rektor dan Gus Dur duduk berdampingan di kursi depan, sang rektor bertanya:
“Pak Gus Dur,tadi kok ketika saya sambut, Anda tersenyum-senyum sendiri?” tanya rektor penasaran.
“Hehehe.. Pak Rektor, yang benar itu dai, bukan doi,” jawab Gus Dur sambil senyum-senyum.
“Oooh.. Maaf Pak Gus Dur, saya lupa,” kata sang rektor tersipu-sipu.
“Ah, ndak apa-apa, Pak. Kan doi dan dai sama-sama pujaan hati?” kata Gus Dur. Keduanya lalu tertawa terbahak-bahak.
(Sumber: nu.or.id / Hamzah Sahal)
Masa Ngomong Aja Nggak Boleh?
Cucu Pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Hadratus Syeikh KH Hasyim Asy’ari itu pun pernah menjadi Presiden RI ke-4, meski kemudian dilengserkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebelum masa jabatannya berakhir.
Saat menjadi presiden, sikap kontroversinya pun kerap menuai protes dari banyak kalangan. Tak hanya oleh lawan politiknya, keluarga Gus Dur sendiri tak jarang berbeda pendapat terkait sikapnya yang seolah tak mau kompromi.
“Waktu jadi presiden, saya pernah bilang pada Gus Dur, ‘Sampean itu jangan sering-sering membuat pernyataan yang kontroversi, yang membingungkan masyarakat’,” kata Lily Khadijah Wahid—adik kandung Gus Dur.
Tanpa pikir panjang, Gus Dur menjawab, “Saya ini udah nggak bisa ngeliat (melihat). Masa ngomong aja nggak boleh?”
(sumber: nu.or.id)
Jenderal Yang Ditakuti Gusdur
Presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) adalah seorang tokoh
yang sangat pemberani. Gus Dur tidak pernah takut kepada siapa pun,
termasuk kepada polisi. Bahkan kepada Jenderal-nya sekalipun. Hal ini
pernah dibuktikan dengan permintaan Gus Dur agar Jenderal Surojo
Bimantoro (Kapolri) mengundurkan diri.
Namun rupanya, seberani apa pun seorang Gus Dur, tetap saja ada satu Jenderal yang ditakutinya. Ketakutan pada Jenderal ini pernah diungkapkan Gus Dur seusai sebuah konferensi pers. Yakni Gus Dur dipapah memasuki mobil dan para wartawan tidak lagi mengerubutinya.
Sebelum Menutup pintu mobilnya, sambil setengah berbisik Gus Dur kembali memanggil para wartawan, "Hei, saya masih punya satu informasi lagi. Kalian mau tidak ?"
"Apa itu Gus ?" tanya para wartawan sembari serentak mengerubuiti Gusdur Kembali di pintu mobilnya yang masih setengah terbuka.
"Saya mau sebutkan nama seorang Jenderal yang paling berbahaya dan berpotensi mematikan siapa saja. Jenderal ini ditakuti oleh siapa saja, jadi kalian harus berhati-hati kepada jenderal yang satu ini," ujar Gus Dur dengan mimik serius.
"Wah, siapa itu Gus ?" sambut para wartawan sambil berebut menyorongkan alat perekamnya sedekat mungkin ke wajah Gus Dur. Mereka tampak sangat mendapatkan berita eksklusif itu.
"Ok, saya harus katakan," kata Gus Dur meyakinkan. "Jenderal itu adalah Jenderal..(General) Electric ..."
"Wooo kok itu sih Gus ?" protes para wartawan.
"Lha kalian ini, maunya bikin gosip melulu. Padahal kan saya kan bener. Bahwa General Electric itu paling berbahaya. Coba, mau nggak kamu kesetrum lampunya General Electric ? Berbahaya khan ?!, kamu bisa mati kan kalau kesetrum????"
"Huuuuuuuu," balas para wartawan serentak, sambil bersunggut-sunggut dan ngeloyor ke belakang.
Namun rupanya, seberani apa pun seorang Gus Dur, tetap saja ada satu Jenderal yang ditakutinya. Ketakutan pada Jenderal ini pernah diungkapkan Gus Dur seusai sebuah konferensi pers. Yakni Gus Dur dipapah memasuki mobil dan para wartawan tidak lagi mengerubutinya.
Sebelum Menutup pintu mobilnya, sambil setengah berbisik Gus Dur kembali memanggil para wartawan, "Hei, saya masih punya satu informasi lagi. Kalian mau tidak ?"
"Apa itu Gus ?" tanya para wartawan sembari serentak mengerubuiti Gusdur Kembali di pintu mobilnya yang masih setengah terbuka.
"Saya mau sebutkan nama seorang Jenderal yang paling berbahaya dan berpotensi mematikan siapa saja. Jenderal ini ditakuti oleh siapa saja, jadi kalian harus berhati-hati kepada jenderal yang satu ini," ujar Gus Dur dengan mimik serius.
"Wah, siapa itu Gus ?" sambut para wartawan sambil berebut menyorongkan alat perekamnya sedekat mungkin ke wajah Gus Dur. Mereka tampak sangat mendapatkan berita eksklusif itu.
"Ok, saya harus katakan," kata Gus Dur meyakinkan. "Jenderal itu adalah Jenderal..(General) Electric ..."
"Wooo kok itu sih Gus ?" protes para wartawan.
"Lha kalian ini, maunya bikin gosip melulu. Padahal kan saya kan bener. Bahwa General Electric itu paling berbahaya. Coba, mau nggak kamu kesetrum lampunya General Electric ? Berbahaya khan ?!, kamu bisa mati kan kalau kesetrum????"
"Huuuuuuuu," balas para wartawan serentak, sambil bersunggut-sunggut dan ngeloyor ke belakang.
(sumber : nu.or.id)
Rabu, 03 Oktober 2012
Meriam Antik
DIJUAL MERIAM ANTIK KUNINGAN
Dijual Meriam Antik Terbuat dari Kuningan Padat
Diperkirakan telah berumur Ratusan Tahun, Jaman Portugis Masuk Ke Indonesia Ditawarkan dengan Harga 100 Juta IDR.



Dijual Meriam Antik Terbuat dari Kuningan Padat
Diperkirakan telah berumur Ratusan Tahun, Jaman Portugis Masuk Ke Indonesia Ditawarkan dengan Harga 100 Juta IDR.
Langganan:
Komentar (Atom)
